Kamis, 13 Januari 2011

Pemasangan GPS di Busway Dinilai Proyek Mengada-ada

Penerapan pengaturan armada (fleet manage­ment) yang rencananya dilakukan dengan membuat sistem pelacakan bus (bus tracking system/BTS) melalui global positioning system (GPS) yang akan dipasang di seluruh bus Transjakarta dinilai mengada-ada dan mubazir.

Akademisi sekaligus peneliti Andrinof A Chaniago menga­takan tidak setuju dengan hal ini. Dia bahkan mempertanyakan manfaat pemasangan GPS itu.

   “Kan sudah ada rute dan ja­lannya yang harus dilewati ma­sing-ma­sing driver busway. Buat apa GPS?” cetusnya saat di­hu­bungi Rakyat Merdeka.

Andrinof lebih setuju jika yang dilakukan berupa pema­sa­ngan display yang berisi petun­juk di setiap halte. Ala­san­nya, display di halte-halte lebih mem­be­rikan banyak informasi buat ca­lon pe­num­pang.

Dengan ada­nya display, pe­num­pang bisa mengetahui ke­be­radaan bus­way yang akan di­tumpangi­nya plus informasi un­tuk bi­sa sampai di tempat tu­ju­an­­nya.

“Harus ada display pemberi informasi di setiap halte seperti Singapura. Sehingga bisa men­jadi petunjuk atau memberikan in­formasi lengkap buat penum­pang,” ujar Andrinof.

Dia menduga, pengadaan GPS di setiap busway ini merupakan pro­yek yang terkesan diada-ada­kan, sementara manfaatnya tidak terlalu signifikan dipasang di bus Transjakarta.

Sedangkan menurut penga­mat transportasi Darmaning­tyas, hal yang paling penting adalah con­trol room-nya. Biarpun sistem BTS melalui GPS, tanpa ada control room-nya, posisi bus­way itu tidak akan bisa diketahui sehingga fungsi kedua alat ini menjadi tidak maksimal.

Dia menilai, apa yang ingin dilakukan pemprov sebenarnya bermaksud baik. Tapi fung­sinya justru yang masih diperta­nyakan. Karena itu, saat dita­nya sejauh mana tingkat efek­ti­vitasnya, dia tak bisa menilai karena belum ada control room-nya.

“Sebetulnya itu (control room–red) sudah di­rekomendasikan sejak awal pem­bangunan bus­way. Tapi hingga kini belum terlaksana,” kata Darmaning­tyas kepada Rakyat Merdeka.

Anggota Komisi D (bidang Trans­por­tasi) DPRD DKI Ja­karta Sandy me­ngatakan, pem­prov harus bisa menjelaskan lebih dulu mengenai fungsi GPS tersebut. Pada dasar­nya, dia me­ngaku ti­dak keberatan dengan peng­a­daan alat ini. Apalagi jika mam­pu me­ngopti­mal­kan kiner­ja dan pela­yanan kepada mas­yarakat.

“Tapi kalau pengadaannya justru berujung pem­borosan, lalu fungsinya hanya sesaat, proyek itu tidak bisa di­lan­jutkan,” ujar Sandy seraya men­contohkan pe­masangan portal di jalur busway yang dinilainya tidak efek­tif dan sebagian su­dah tidak berfungsi lagi.

San­dy juga masih memperta­nya­kan pe­ngadaan GPS di setiap busway. Menurutnya, dia akan mem­bi­ca­rakan lagi dan meminta pen­je­lasan dari pihak Badan La­yanan Umum (BLU) dan  Di­nas Perhubungan DKI Jakarta.

“Kita akan tanyakan, ke­napa alat itu harus dipasang di bus Trans­ja­karta,” katanya.  (nusantara.rakyatmerdeka.co.id)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Post