Senin, 13 Desember 2010

Iskandar Zulkarnaen (Alexander the Great) menurut Islam



Iskandar Zulkarnaen menurut Islam adalah seorang Raja Muslim yang sangat berkuasa namun saleh. Daerah taklukannya membentang dari bumi bagian Barat sampai Timur. Ia mendapat julukan Iskandar "Zulkarnain". "Zul" adalah memiliki, "Qarnain" adalah Dua Tanduk. Jadi artinya, Iskandar yang memiliki kekuasaan antara Timur dan Barat.

Dia juga telah membangun dinding besar berteknologi tinggi untuk ukuran saat itu, diantara dua Gunung. Para ahli sejarah meyakini, dinding tersebut terbuat dari besi yang dicampur dengan tembaga itu terletak tepat di pegunungan Kaukasus. Daerah itu kini disebut Georgia, negara pecahan Uni Soviet.

Secara topografis, deretan pegunungan Kaukasus itu memang terlihat memanjang dari Laut Hitam sampai ke Laut Kaspia sepanjang 1.200 kilometer tanpa celah. Kecuali pada bagian kecil sempit yang disebut celah Darial sepanjang ± 100 Meter.

Pada bagian celah itulah Zulkarnain membangun tembok penghalang dari Ya’juj dan Ma’juj (Gog dan Magog). Kisah ketokohan Iskandar Zulkarnain ini juga tertulis dalam catatan sejarah orang-orang Barat. Dalam catatan tersebut diceritakan bagaimana ia berjaya meluaskan daerah taklukannya dalam masa yang sangat singkat. Oleh karena kejayaannya ini, ia diberi gelar "Alexander The Great" atau "Alexander Agung". Cerita ini pernah di filmkan ke layar lebar oleh Sutradara Amerika Serikat, Oliver Stone, dengan judul Alexander The Great tahun 2004. Namun cerita dari orang-orang Barat ini sangat bertentangan dengan yang disebutkan dalam Al-Qur’an.

Para Mufassir menyatakan, "Alexander The Great" adalah orang yang berbeda dengan tokoh yang di tulis dalam Al-Qur’an, Iskandar Zulkarnain. " Alexander The Great itu dalam sejarahnya tidak diberitakan pernah membangun sebuah dinding besar berteknologi tinggi untuk ukuran saat itu, yang terbuat dari besi dicampur tembaga. Bahkan, ia adalah seorang musyrik. Sejarah tidak mencatatnya sebagai seorang Raja Muslim yang taat kepada agama Tauhid".

Sejarawan Muslim Ibnu Katsir (ahli tafsir), dalam kitabnya Al-Bidayah Wan Nihayah menjelaskan, meski punya nama yang sama dan cerita yang sama, yaitu kekuasaannya membentang dari Barat sampai ke Timur, keduanya adalah sosok yang berbeda. Antara mereka terbentang jarak dan waktu sampai 2000 tahun. "Hanya mereka yang tidak mengerti sejarah yang bisa terkecoh oleh identitas kedua orang itu".

Ibnu Katsir lebih jauh menjelaskan, "Zulkarnain adalah nama gelar atau julukan seorang penglima penakluk sekaligus Raja Saleh. Karena kesalehannya ia selalu mengajak manusia untuk menyembah Allah. Namun mereka ingkar, malah memukul tanduknya (Qarnun), yaitu rambut kepala yang di ikat (sebelah kanan), hingga ia mati. Lalu Allah menghidupkannya kembali, dan ia pun kembali berdakwah. Tetapi sekali lagi tanduknya yang kiri di pukul, sehingga ia mati lagi. Allah SWT menghidupkannya kembali dan menjulukinya Zulkarnain, pemilik dua Tanduk, serta memberinya kekuasaan". Cerita yang sama juga di jumpai dalam kitab Jami Al-Bayan fi Tafsir Al-Qur’an, karangan Syekh Al-Aiji Asy-Syafi'i.

Dalam kitab tersebut disebutkan, Zulkarnain adalah seorang hamba yang taat kepada Allah dan mengajak kaumnya menyembah Allah. Lalu mereka memukul tanduknya yang kanan hingga mati. Kemudian Allah menghidupkannya lagi, dan dia kembali mengajak kaumnya mengEsakan Allah. Tetapi mereka malah memukul tanduknya yang kiri hingga mati lagi. Lalu Allah menghidupkannya lagi dan menganugrahinya kekuasaan yang tak tertandingi. Oleh karena itu ia dijuluki Zulkarnain.

Di samping kedua kitab tersebut, Mufassir Muslim Ibnu Jarir Ath-Thabari juga mengisahkannya dalam kitab tafsir Ath-Thabari. Dikatakan "Iskandar Zulkarnain adalah seorang laki-laki yang berasal dari Romawi, ia anak tunggal seorang yang paling miskin diantara penduduk kota. Namun dalam pergaulan sehari-hari, ia hidup dalam lingkungan Kerajaan, bergaul dengan para perwira dan berkawan dengan wanita-wanita yang baik dan berbudi serta berakhlak mulia".

Imam Al-Qurtubi dalam kitab tafsir Al-Qur’annya yang populer, Tafsir Al-Qurtubi menceritakan "Sejak masih kecil dan masa pertumbuhannya Iskandar berakhlak mulia. Melakukan hal-hal yang baik sehingga terangkat nama baiknya. Ia juga menjadi mulia di kalangan kaumnya, sehingga Allah berkenan memberinya kewibawaan".

Setelah mencapai usia akil balig, Iskandar menjadi seorang hamba yang saleh, sehingga Allah Berfirman "Wahai Zulkarnain, Sesungguhnya Aku mengutusmu kepada umat-umat di bumi. Mereka adalah umat yang berbeda-beda bahasanya dan mereka adalah umat yang berada di segala penjuru bumi".

Mereka terbagi dalam beberapa golongan. "Mendapat amanat tersebut, Zulkarnain lalu berkata, "Wahai Tuhanku, Engkau telah menugasiku melakukan sesuatu hal yang aku tidak kuasa melakukannya kecuali engkau sendiri, maka beritahukan kepadaku tentang umat-umat itu, dengan kekuatan apa aku bisa melawan mereka? Dengan kesabaran apa aku bisa menahan mereka? Dan dengan bahasa apa aku harus bicara dengan mereka? Bagaimana pula aku bisa memahami bahasa mereka sedangkan aku tidak mempunyai kemampuan".

Kemudian Allah SWT Berfirman "Aku membebanimu sesuatu yang kamu mampu melakukannya, aku akan melapangkan pendengaran dan dadamu hingga kamu bisa mendengar dan memperhatikan segala sesuatu. Memudahkan pemahamanmu sehingga kamu bisa memahami segala sesuatu, memudahkan lidahmu, hingga kamu bisa berbicara tentang sesuatu, membukakan penglihatanmu, sehingga kamu bisa melihat segala sesuatu, melipat-gandakan kekuatanmu hingga tak terkalahkan oleh sesuatu apapun, menyingsingkan lenganmu, hingga tidak ada sesuatupun yang berani meyerangmu, menguatkan hatimu, hingga kamu tidak takut pada apapun, menguatkan kedua tanganmu hingga kamu bisa menguasai segala sesuatu, menguatkan pijakanmu hingga kamu bisa mengatasi segala sesuatu, memberimu kemuliaan hingga tidak ada apapun yang menakutimu, menundukkan untukmu cahaya dan kegelapan dan menjadikan salah satu tentaramu. Cahaya itu akan menjadi petunjuk di depanmu, dan kegelapan itu akan berkeliling di belakangmu". 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Post