Satelit SeaStar yang diluncurkan Badan Administrasi Luar Angkasa Amerika Serikat (NASA) bisa dipakai untuk memantau distribusi ikan di perairan Indonesia secara gratis.
Hal tersebut diungkapkan Fardhi Adria, mahasiswa Universitas Syiah Kuala Nanggroe Aceh Darussalam, saat presentasinya di ajang International Workshop on Advanced Imaging Technologies (IWAIT) 2011 yang diselenggarakan di Hotel Santika Jakarta, Jumat (7/1).
Ia mengungkapkan, satelit NASA tersebut bisa dimanfaatkan berkat adanya sensor SeaWiFS pada satelit. Sensor itu akan membantu mengindra Bumi dan menggolongkan citranya dalam beberapa spektrum. Salah satu spektrumnya secara tidak langsung bisa menggambarkan distribusi ikan.
Satelit ini mampu membaca penyebaran klorofil a. Klorofil a merupakan pigmen pendukung fotosintesis yang dimiliki fitoplankton. "Logikanya, jika terdapat fitoplankton melimpah, klorofil a pun melimpah, dan di daerah itulah ikan juga melimpah," jelas Fardhi.
Jika dicitrakan, klorofil a akan tampak dalam beberapa warna. Warna ungu menunjuk pada konsentrasi klorofil a yang rendah, berarti pula jumlah ikan di wilayah perairan itu kecil. Sementara warna kuning menunjukkan jumlah klorofil a yang berlimpah, berarti kelimpahan ikan juga tinggi.
Untuk menguji hubungan antara klorofil a dan distribusi ikan, Fardhi bersama dosennya, Khairul Munadi, melakukan pemantauan sepanjang Juni-November 2008. Hasilnya, keduanya berhubungan. Fardhi mengaku perlu fasilitas berbayar jika ingin pencitraan lebih detail.
Pencitraan dasar hanya butuh komputer yang memadai dan koneksi internet. Jadi, ujar Fardhi, teknologi ini termasuk murah. Kemudahan ini, menurut dia, membuat hasil risetnya bisa diaplikasikan. Persiapannya hanya tinggal cara mengomunikasikan kepada nelayan.
Informasi lokasi penyebaran ikan ini bisa dimanfaatkan oleh nelayan. "Kita bisa komunikasikan pada nelayan. Mereka tidak perlu berputar-putar ke laut mencari ikan sebab sudah tahu lokasinya," katanya.
Hal tersebut diungkapkan Fardhi Adria, mahasiswa Universitas Syiah Kuala Nanggroe Aceh Darussalam, saat presentasinya di ajang International Workshop on Advanced Imaging Technologies (IWAIT) 2011 yang diselenggarakan di Hotel Santika Jakarta, Jumat (7/1).
Ia mengungkapkan, satelit NASA tersebut bisa dimanfaatkan berkat adanya sensor SeaWiFS pada satelit. Sensor itu akan membantu mengindra Bumi dan menggolongkan citranya dalam beberapa spektrum. Salah satu spektrumnya secara tidak langsung bisa menggambarkan distribusi ikan.
Satelit ini mampu membaca penyebaran klorofil a. Klorofil a merupakan pigmen pendukung fotosintesis yang dimiliki fitoplankton. "Logikanya, jika terdapat fitoplankton melimpah, klorofil a pun melimpah, dan di daerah itulah ikan juga melimpah," jelas Fardhi.
Jika dicitrakan, klorofil a akan tampak dalam beberapa warna. Warna ungu menunjuk pada konsentrasi klorofil a yang rendah, berarti pula jumlah ikan di wilayah perairan itu kecil. Sementara warna kuning menunjukkan jumlah klorofil a yang berlimpah, berarti kelimpahan ikan juga tinggi.
Untuk menguji hubungan antara klorofil a dan distribusi ikan, Fardhi bersama dosennya, Khairul Munadi, melakukan pemantauan sepanjang Juni-November 2008. Hasilnya, keduanya berhubungan. Fardhi mengaku perlu fasilitas berbayar jika ingin pencitraan lebih detail.
Pencitraan dasar hanya butuh komputer yang memadai dan koneksi internet. Jadi, ujar Fardhi, teknologi ini termasuk murah. Kemudahan ini, menurut dia, membuat hasil risetnya bisa diaplikasikan. Persiapannya hanya tinggal cara mengomunikasikan kepada nelayan.
Informasi lokasi penyebaran ikan ini bisa dimanfaatkan oleh nelayan. "Kita bisa komunikasikan pada nelayan. Mereka tidak perlu berputar-putar ke laut mencari ikan sebab sudah tahu lokasinya," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar