Pembawa acara: Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan terhadap penguraian DNA yang dikenal sebagai kode kehidupan --sandi rangkaian gen, kemiripan gen manusia dan gen tikus mencapai 99,9%, jauh lebih besar daripada rasio kemiripannya dengan kera yang 98%, secara berangsur-angsur ilmuwan telah menerima bahwa penyelidikan terhadap jiwa tidak bisa terbatas hanya pada sel tubuh, bahwa penyelidikan terhadap kesadaran yang relatif, artinya penyelidikan yang termasuk bagian lapisan jiwa di masa lalu, menjadi fokus baru gelombang penyelidikan selanjutnya. Kami merasa mendapat kehormatan dapat mengundang Tuan Dong Zhifang, Direktur Pusat Penelitian Kesehatan San Antonio, Universitas Texas, AS, untuk membicarakan beberapa soal menarik yang berhubungan dengan penelitian kesadaran jiwa.
Dong Zhifang: Gembira sekali bisa bertukar pikiran sejenak dengan semuanya melalui saluran ini tentang beberapa hal yang pasti sangat diminati banyak orang. Terutama adalah, penelitian terhadap kesadaran manusia yang belakangan ini semakin menimbulkan perhatian dari kalangan ilmuwan, bahkan masih banyak hasil penelitian yang mendapati bahwa tidak saja manusia, atau binatang lainnya, bahkan tumbuhan, juga memiliki aktivitas pemikiran yang tinggi. Ini kedengarannya seperti tidak masuk akal. Namun pada kenyataannya, semuanya adalah hasil penelitian ilmiah yang sesungguhnya. Maka kita gunakan kesempatan ini untuk menganalisa dan bertukar pikiran sejenak dengan semuanya tentang beberapa pandangan dan gejala pada segi ini.
Makhluk Hidup Bertaraf Tinggi
Meskipun sejumlah besar orang mengetahui dan cukup memahami masalah dari segi ini, seperti misalnya, tumbuhan memiliki pemikiran, atau bisa mengadakan kontak dengan manusia, memiliki hubungan jiwa ini, tetapi masih banyak orang merasa bahwa ini adalah hal yang tidak mungkin, tumbuhan kan tidak memiliki otak besar, bagaimana mungkin bisa memiliki aktivitas pemikiran taraf tinggi manusia? Ada beberapa ilmuwan dan peneliti berpendapat: Meskipun sejumlah besar percobaan pada segi ini yang pada saat dimulai mendapati bahwa sebenarnya tumbuhan memiliki beberapa reaksi jiwa yang demikian, namun banyak sekali percobaan tidak bisa diulang kembali, sehingga masalah ini pada aspek penting dunia ilmiah selalu tidak bisa secara sungguh-sungguh diperhatikan. Sejumlah besar isi, dan sejumlah besar bidang hanyalah termasuk suatu kondisi ilmu pengetahuan yang tumbuh, dan masih banyak perdebatan.
Mungkin masih banyak cerita pada segi penemuan ini yang kemungkinan masih belum begitu dipahami oleh Anda semua, saya ingin lebih dulu memberikan beberapa contoh sederhana. Kini, dunia ilmu pengetahuan menemukan bahwa tumbuhan juga memiliki aktivitas pemikiran taraf tinggi, satu penemuan yang paling terkenal, yang pengaruhnya juga lebih besar adalah di tahun 1960-an, seorang ahli elektronik CIA Amerika, ia bekerja di bidang tes kebohongan, yaitu menggunakan dua kutub instrumen elektrik yang disambungkan ke tubuh manusia, melalui garis lengkung instrumen elektronik, menganalisa sikap mental manusia. Pada awalnya ia sama sekali bukan bekerja sebagai peneliti tumbuhan, penelitian terhadap jiwa tumbuhan sama sekali berasal dari suatu kebetulan. Ketika pada tahun 1966, suatu hari, ia menyiram air di taman rumahnya, menyiram air pada tumbuhan, dan pada saat itu tiba-tiba terdorong oleh hati ia berpikir: Saya menghubungkan alat deteksi kebohongan pada tumbuhan, melihat-lihat bisa bagaimana reaksinya? Begitulah, ia benar-benar menghubungkan alat deteksi kebohongan ke tumbuhan, kemudian ia menyiram air pada tumbuhan.
Hasil yang muncul malah membuatnya terkejut, karena garis lengkung elektrik yang ditampilkan alat elektronik ini, tidak seperti dugaannya demikian pada awalnya, artinya bukan oleh karena air yang menimbulkan resistansi lalu mengurangi gejalanya. Sebaliknya didapati garis lengkung elektrik mengarah ke bawah, bahkan melukiskan serangkaian garis lengkung berbentuk gergaji yang rumit. Karena ia sendiri bekerja sebagai peneliti jiwa manusia, ia tahu saat orang sedang gembira akan ada reaksi seperti ini, maka saat ia mengetahuinya kemudian merasa sangat gembira, ia merasa bilamana sebatang tumbuhan bisa bereaksi ketika disirami air, tentunya itu adalah reaksi manfaat positif bagi tumbuhan. Ia sangat gembira, ingin ke jalan raya dan berteriak: Tumbuhan memiliki perasaan, dan punya pikiran!
Semakin Banyaknya Temuan Ilmiah
Setelah itu, peristiwa tersebut lalu diumumkan. Sejumlah besar orang tidak percaya, di antaranya termasuk seorang doktor kimia yang bekerja sebagai peneliti kimia sebuah perusahaan perdagangan Amerika, namanya Michael Fork. Orang ini tidak percaya, merasa terlalu fantastis, lalu ia sendiri membuat percobaan, dan hasilnya terjadi perubahan 180 derajat pada sikapnya, yang semula menentang berubah menjadi pendukung, karena ia mendapati memang benar tumbuhan mempunyai reaksi kesadaran terhadap sejumlah besar sinyal atau isyarat. Belakangan, Barker Stealth mengadakan serangkaian penelitian pada segi yang berhubungan dengan jiwa tumbuhan, dan penelitiannya ini kemudian pada sekitar tahun 1973, disimpulkan oleh Peter Tompkins dalam sebuah buku, namanya "Kegaiban Jiwa Tumbuhan", buku tersebut telah mengumpulkan beberapa gejala dan sejumlah besar penelitian Barker Stealth yang berhubungan dengan botani.
Seperti contoh misalnya: Suatu ketika, Barker Stealth ingin melihat bagaimana reaksi tumbuhan terhadap pembunuhan makhluk berjiwa, ia lalu merancang sebuah instrumen, dan merancang sebuah percobaan, secara rutin setiap beberapa saat ia akan memasukkan ikan dan udang hidup ke dalam air limbah. Kemudian, ia menempatkan beberapa batang tumbuhan di tempat tersebut, agar mereka bisa melihat segalanya. Sehari kemudian, ia bolak-balik mengumpulkan catatan tersebut dan mendapati, bahwa ketika waktu ikan dan udang hidup dilemparkan ke dalam air limbah dan mati, tumbuhan akan memberikan reaksi perubahan garis lengkung yang sengit, ia memang benar-benar telah melihat segalanya, dan bahkan memberikan reaksi. Anda tidak perlu peduli apakah tumbuhan melihat semua itu melalui sistem saraf, atau melalui saluran apa, menurut penalaran ilmu pengetahuan sekarang, tumbuhan tidak memiliki sistem saraf, namun ia telah memberikan reaksi. Meskipun gejala tersebut ditunjukkan di sana, bagaimana penjelasannya merupakan sebuah persoalan lain.
Sebuah percobaan lainnya, adalah menyuruh seorang siswanya menginjak hancur sebatang tumbuhan di depan sebatang tumbuhan lainnya, kemudian ia menyuruh siswanya itu berbaur di antara sekelompok siswanya, mengenakan topeng, dan mengenakan pakaian yang sama, lalu satu demi satu berjalan di hadapan tumbuhan tersebut. Saat siswa yang menginjak tumbuhan itu berjalan di hadapan tumbuhan, tumbuhan yang hidup itu akan memberikan reaksi yang hebat, ia merasa tegang, ia tahu orang itulah yang telah menginjak-injak tumbuhan, dan ia merasa sangat takut.
Karakteristik yang tidak Dapat Diulang
Kegemparan yang ditimbulkan setelah beberapa contoh ini diumumkan sangatlah besar, sejumlah besar ilmuwan juga pernah membuat beberapa percobaan yang serupa, ada yang hasilnya cukup baik, seperti misalnya Michael Fork yang sebelumnya disinggung di atas, ia akhirnya menjadi seorang pendukung, menganggap bahwa tumbuhan mempunyai pikiran. Namun, juga ada beberapa percobaan yang tidak bisa diulang kembali, dan orang yang bekerja di bidang ilmiah pasti tahu, bahwa percobaan yang dapat diulang kembali adalah mengemukakan sebuah standar yang sangat penting terhadap bukti yang bisa meyakinkan orang. Percobaan yang Anda lakukan telah Anda lakukan sendiri, bila orang lain yang melakukan menurut cara yang sama, secara logika, semestinya bisa melakukannya, ini adalah sebuah prinsip percobaan ilmu pengetahuan sekarang.
Namun, terdapat banyak sekali percobaan yang tidak dapat diulang kembali, tidak saja percobaan Barker Stealth, terdapat sejumlah besar percobaan kesadaran yang berhubungan dengan manusia atau tumbuhan, sebenarnya banyak sekali ilmuwan Rusia maupun ilmuwan Barat mengalami hal yang demikian. Dan masih ada lagi sejumlah topik hangat lainnya, seperti misalnya, manusia memiliki kemampuan berfirasat, bahkan beberapa kemampuan supernormal lainnya, terdapat banyak sekali percobaan yang tidak bisa diulang kembali, karenanya hal tersebut kemudian menyebabkan sejumlah besar orang tidak percaya, menganggap bahwa hal-hal tersebut bukan yang sesungguhnya? Namun, terhadap masalah ini, saya berpikir demikian, yaitu gejalanya terletak di sana, seperti misalnya, ketika ikan dan udang hidup dilemparkan ke dalam air limbah, lalu tumbuhan akan memberikan reaksi, ini adalah sebuah gejala, dan merupakan sebuah hasil percobaan. Hasilnya adalah bahwa tumbuhan memang benar-benar telah merasakannya, meskipun tidak punya mata, tidak ada otak besar, juga tidak memiliki sistem saraf yang kita anggap organ tubuh, lalu bagaimana menjelaskannya? Dan bagaimana pula mempertimbangkan gejala ini!
Selanjutnya, di manakah letak alasannya terhadap percobaan ilmuwan yang tidak bisa diulang kembali itu? Ini adalah soal kedua yang ingin saya bicarakan. Saya pikir, saat Anda hendak menyelidiki reaksi jiwa yang berhubungan dengan jiwa maupun sebuah obyek, ia mempunyai sebuah daerah pada sejumlah besar bidang penelitian sekarang yang tidak sama dengan kita, seperti misalnya, penelitian ilmu jiwa adalah ilmu jiwa manusia, semua orang tahu bahwa manusia mempunyai jiwa. Lalu, penelitian ilmu jiwa manusia, sebuah contoh misalnya, saya berikan sebuah contoh pada Anda semua, semua pasti tahu, kisah "ada serigala datang", lalu Anda sekarang berkata terhadap sekelompok orang dan berteriak: "ada serigala datang", serigala datang! Lalu rombongan orang itu menghampiri, dan ternyata tidak ada serigala, kemudian pulang kembali. Kemudian Anda berteriak lagi: ada serigala datang, serigala datang! Mungkin orang-orang itu tidak akan datang menghampiri. Semua orang pasti tahu kisah tentang serigala ini, namun pada sinyal yang sama ini, saat mengambil sikap dan mengatasi bahwa "serigala telah datang", malah mendapat hasil yang berbeda, artinya bahwa reaksi yang diberikan orang-orang terhadap sinyal "serigala telah datang" ini, reaksi yang diberikannya adalah reaksi yang tidak dapat diulang kembali. Lalu apakah itu berarti bahwa penelitian ilmu jiwa manusia lantas tidak bisa dijalankan? Atau manusia tidak memiliki jiwa lagi? Jelas bukan. Manusia memiliki jiwa, namun jiwa manusia tentu saja tidak bisa diulang kembali menurut kisah "serigala telah datang" tersebut.
Ciri Khas Percobaan Jiwa: Komunikasi
Saya pikir dalam hal ini ketika menyelidiki jiwa tumbuhan mungkin menghadapi hal yang sama, yaitu bahwa tumbuhan memiliki jiwa, jika ia memiliki jiwa, maka ketika kita merencanakan suatu percobaan, metode percobaan dalam rancangan ini harus dipertimbangkan, sebab sejumlah besar ilmuwan kita saat merancang percobaan, prosedurnya adalah suatu penyelidikan terhadap suatu benda yang tidak berjiwa, tidak memiliki kesadaran, dan juga tidak memiliki memori untuk menelitinya. Seperti misalnya, saat kita melakukan percobaan ilmiah, merancang sebuah proses percobaan, hari ini Anda melakukannya menurut proses percobaan, dan esoknya saya juga melakukannya menurut proses percobaan, kita tidak pernah memikirkan ketika untuk kedua kalinya kita melakukannya menurut proses percobaan, sel itu bisa tidak akan bekerja sama dengan kita, kita tidak pernah bisa berpikir demikian, kita menganggap bahwa ia tidak memiliki kesadaran. Maka, apa yang hendak kita perbuat padanya dapat kita lakukan sekehendak kita, bagaimanapun percobaan yang ingin kita lakukan, kita merasa instrumen percobaan tidak mungkin sama seperti manusia memiliki keaktifan, bersediakah ia bekerja sama dengan kita? Sama sekali tidak pernah ada hal demikian.
Namun, percobaan Barker Stealth telah mengemukakan soal yang demikian, yaitu tumbuhan kemungkinan memiliki pikiran. Jika demikian halnya, maka telah membawa sebuah soal, yakni apakah orang lain mau atau tidak bekerja sama dengan Anda, dan jika Anda ingin melakukan percobaan harus menyelidiki sejenak bersamanya, ketika Anda melakukan percobaan dengan menggunakan metode yang sama, maka besar kemungkinan orang lain tidak akan memberikan reaksi yang sama. Seperti misalnya, manusia juga mempunyai reaksi yang demikian, umpamanya rasa sakit, jika sakitnya sudah tak tertahankan sehingga hilang reaksinya, maka pada tumbuhan adalah pada saat pertama kali melihat gejala bahaya, ia memperlihatkan reaksi ketakutan yang sangat sengit, lalu ketika melihat gejala kedua kalinya, ia telah mengetahuinya, dan mungkin tidak akan ada lagi reaksi yang serupa. Oleh karena itu, saat ia memiliki reaksi psikologis, sejumlah besar metode penelitian pada dirinya sendiri terjadi perubahan, dan apabila dalam pemikiran kita tidak dapat menyadari hal ini, tidak bisa lebih lanjut mempertimbangkan hal ini, maka tidak ada bedanya seperti sebuah peribahasa China yang mengatakan: "Yuan mu qiu yu", apakah artinya? Maksudnya Anda sekarang ingin mencari ikan, tetapi Anda malah memanjat ke atas pohon mencarinya, sebab dulu kita hanya terbiasa memanjat ke atas pohon memetik buah untuk makan. Jika demikian, masalahnya sekarang adalah masalah baru yang telah dikemukakan, artinya metode penyelidikan dan keseluruhan pemikiran semuanya harus mengalami sebuah perubahan.
Sayuran dan Buah-Buahan Bisa Menjerit Ketika Dipotong
Baru-baru ini ilmuwan Jerman mengumumkan, bahwa menurut hasil penelitian mereka, sayur-mayur dan buah-buahan bisa menjerit ketika diiris atau dipotong, lagi pula suara jeritan buah-buahan tajam dan panjang, dan bunga juga bisa berteriak menangis ketika diinjak.
Hasil penelitian mendapati, bahwa ketika daun atau tangkai tumbuhan dipotong, tumbuhan bisa mengeluarkan gas yang mengandung etilena, dan melalui gas inilah mereka mengekspresikan penderitaan mereka. Di atas dasar-dasar inilah ilmuwan-ilmuwan tersebut menemukan cara mendengar suara tumbuhan. Mereka menggunakan berkas cahaya sinar laser membombardir molekul etilena menghasilkan gelombang suara, kemudian menggunakan pesawat penerima suara laser menerima gelombang-gelombang suara tersebut. Dengan demikian mereka dapat mendengarkan suara tumbuhan.
Seorang doktor yang turut meneliti dari Universitas Bonn mengatakan bahwa jika derita yang dialami tumbuhan semakin besar, maka sinyal atau informasi yang didapat juga semakin kuat. Seorang peneliti pernah menerima "teriakan" sebuah ketimun yang tampaknya normal. Awalnya, ia sangat bingung, namun setelah melalui pemeriksaan yang cermat, ditemukan bahwa itu adalah sebuah ketimun yang telah ditumbuhi jamur. Peneliti berpendapat, bahwa temuan itu mungkin sangat berarti bagi petani yang menanam sayur, tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan, karena kalau mereka bisa mendengarkan suara semacam itu setiap saat menemukan masalah tumbuh-tumbuhan, itu akan menghasilkan tanaman sayuran dan buah-buahan yang lebih baik.
Daya Ingat Tumbuhan
Ilmuwan dari Universitas ke lan meng, Perancis Marry Tessyph, beberapa tahun lalu, dengan menggunakan bunga kalendula mengadakan serangkaian percobaan membuktikan bahwa tumbuhan memiliki daya ingat.
Terlebih dahulu ia mengambil 2 pot bunga kalendula, pada tahap mereka baru saja bertunas, ia menusuk sebuah lubang kecil dengan jarum di atas daun sisi kiri bunga kalendula, serta membuang daun dan tunas pucuk bunga. Selanjutnya, Marry mengadakan percobaan lagi, dan kali ini ia memilih menggunakan bunga kalendula lagi, dan secara berturut-turut menusuk 2 kali dengan jarum.
Ilmuwan ini berpendapat, bahwa daya ingat tumbuhan dibagi dalam dua jenis: ingatan jangka panjang dan pendek. Di bawah prasyarat tertentu, ingatan jangka panjang tumbuhan lebih kuat dibanding ingatan jangka pendek. Percobaan Marry merupakan hal yang baru dan aneh, namun dunia ilmu pengetahuan tidak berhenti dihadapan percobaannya, masih harus mengadakan percobaan yang lebih banyak, karena bagaimana caranya tumbuhan mempertahankan ingatan ini? Apakah mereka memiliki sistem saraf? Ini semua merupakan teka-teki atau misteri yang belum terpecahkan.
Sistem Indera tanpa Otak
Banyak orang mengira tumbuhan tidak memiliki otak besar, tidak ada saraf, lalu dari manakah pemikirannya? Saya tunjukkan beberapa contoh pada Anda semua, kesadaran dan pemikiran manusia besar kemungkinan berdasarkan pengenalan yang umum atas ilmu pengetahuan kita sekarang, menganggap berasal dari otak besar, sebab kita memiliki otak besar, maka bisa berpikir, dan karena memiliki sistem saraf, maka memiliki kemampuan merasakan. Namun, ada juga sejumlah besar temuan secara klinis yang saling bertentangan dengan pengenalan demikian, atau tidak bisa menjelaskan pengenalan sekarang. Seperti misalnya, secara medis, semua tahu, terkadang anak yang baru lahir ada yang tidak memiliki otak, artinya ia dilahirkan tanpa otak, suatu yang cacat, suatu janin yang cacat. Anak seperti ini tidak bisa hidup, segera akan meninggal. Namun, juga ada faktor kemanusiaan, dan bahkan beberapa faktor lainnya, semua orang berusaha semampunya mempertahankan jiwanya beberapa waktu, artinya ada beberapa contoh kasus ini.
Ada sebuah contoh di Inggris, yaitu ketika mempertahankan kehidupan seorang anak tanpa otak di dalam ruang laboratorium, didapati bahwa meskipun ia tidak punya otak, namun bisa memperlihatkan beberapa reaksi pemikiran yang sama dengan manusia normal. Seperti misalnya, Anda menonton sebuah drama komedi di televisi, semua orang tertawa, mulut anak tanpa otak ini juga tersenyum menyeringai, bagaimana ia bisa tahu bahwa itu adalah drama komedi? Ia kan tidak berotak. Contoh yang serupa banyak sekali, tidak hanya satu. Ada sebuah contoh lagi, adalah seorang yang inteligensinya sangat tinggi, mungkin ia seorang jenius bidang ilmu pasti, kemudian ilmuwan menyelidiki otak besarnya, dan didapati otak besarnya juga cacat bentuknya, bahkan di bawah otak utama, yaitu di lapisan kulit otak, tidak ada susunan otak manusia yang normal. Namun, inteligensinya malah lebih tinggi daripada manusia normal. Selain itu, ada beberapa contoh lainnya, yaitu ada beberapa yang idiot dan inteligensinya lamban, bakatnya pada segi tertentu jauh melampaui orang normal, apakah hal-hal ini merupakan gambaran bahwa antara kesadaran dan kemampuan inteligensi hanyalah dibatasi oleh segaris benang di antara otak besar manusia, telah memberikan sebuah tantangan bagi pengertian manusia.
Kemungkinan besar kesadaran manusia, termasuk kemampuan bahasa dan kemampuan pikiran manusia, belum tentu semuanya dikendalikan oleh otak besar. Bahkan sebuah contoh baru-baru ini di majalah Times tahun 2001 juga memberitakan, bahwa di Amerika ada seorang peneliti yang meneliti sindrom parkinson dan demensia penuaan dini, fokusnya ditujukan pada biarawati di biara, karenanya ia berdiskusi terlebih dahulu dengan biarawati tersebut, dan di bawah kondisi bersedia bekerja sama dengannya, (sebab penelitian ilmu jiwa harus demikian). Biarawati-biarawati itu dengan sukarela memberikan otak besarnya setelah meninggal untuk diteliti. Akibatnya, peneliti mendapati sebuah hasil yang menakjubkan, pada umumnya semua tahu demensia usia lanjut, orang yang menderita penyakit ini hilang ingatan, hilang pengertian dan secara perlahan-lahan kehilangan kemampuan pemikiran manusia normal. Orang-orang yang mengidap gejala penyakit ini jika dilihat dari pembedahan, ditemukan sel saraf otaknya membelit menjadi satu, artinya otak besar mulai menyusut, mulai berubah bentuk, artinya ada sarang penyakit, akibat menyusutnya otak besar. Namun, terhadap biarawati-biarawati tersebut banyak yang hidup sampai seratus tahun lebih, dalam kondisi normal pikiran sangat jernih, kesadaran sangat jernih, dan bahasa juga sangat lancar, ekspresinya seperti orang yang berusia 60-70 tahun.
Setelah meninggal, ketika membedah otak besar, didapati otak mereka, dilihat dari susunan murni sama sekali tidak lebih baik dibanding otak orang yang mengidap sindrom parkinson yang sesungguhnya, artinya otaknya sudah seperti gumpalan kapas, sudah berantakan. Namun, saat orang ini hidup malah sedikit pun tidak ditemukan adanya gejala pernyakit demensia usia lanjut. Jika demikian, lalu dari manakah asal kecerdasan, daya ingat, dan kemampuan bahasanya? Sejumlah besar ilmuwan di dunia Barat sedang meneliti masalah ini.
Sistem Indera Perlu Otak dan Saraf ?
Ada sejumlah besar penelitian masalah ini, misalnya pengalaman menjelang ajal, dikatakan pasien yang mengidap penyakit jantung, jantungnya sudah tidak berdenyut lagi, gelombang listrik otak juga telah berhenti, namun akhirnya tertolong kembali. Namun, orang-orang ini terus mengingat kembali beberapa hal ihwal mereka setelah meninggal, bahkan melihat bagaimana dokter berusaha menyelamatkan mereka. Bahkan banyak orang yang meninggalkan kamar, pergi ke tempat lain, yang dilihatnya adalah nyata dan benar, akan tetapi pada saat itu gelombang listrik otaknya telah berhenti, tidak ada lagi aktivitas pikiran pada otak, bagaimana bisa ada gejala-gejala yang demikian?
Kenyataan ini telah mengemukakan sebuah masalah yang sama, yaitu pikiran manusia belum tentu bergantung pada otak besar. Jika demikian, kita kembali lagi pada masalah yang pertama, tumbuhan tidak memiliki otak besar, tidak ada sistem saraf, namun ini tidak bisa dijadikan sebagai alasan pasti untuk menyangkal bahwa ia memiliki pikiran. Terbukti bahwa gejalanya sudah ada di sana, tumbuhan memiliki reaksi terhadap sejumlah isyarat luar. Namun, reaksinya ini kemungkinan besar bukan bekerja seperti suatu sistem yang sudah kita pahami sekarang yaitu dari sistem saraf sampai ke sistem otak besar, sangat besar kemungkinan ada sistem lainnya, yaitu bentuk eksistensi materi yang tidak kita ketahui.
Sebuah contoh yang sangat nyata, semua orang pasti tahu, meridian dan pembuluh sekunder, dan semua orang juga tahu bahwa manusia memiliki dua macam ini, namun pembedahan sekarang malah tidak mampu menemukan adanya meridian dan pembuluh sekunder, akan tetapi tak seorang pun menyangkal eksistensi meridian dan pembuluh sekunder. Lalu, bentuk eksistensi materi yang bagaimanakah itu? Ini adalah sebuah hal yang sudah diketahui umum, adalah masalah yang tidak mampu dijelaskan secara ilmiah. Tidaklah bisa dikarenakan pembedahan tidak dapat melihat meridian lantas tidak mengakui eksistensi meridian dan pembuluh sekunder. Sama juga dengan pikiran, maka dari itu, jika kita benar-benar berani untuk membayangkan sejenak, sangat mungkin ada materi lainnya selain saraf otak besar, kita sekarang tidak dapat mengamati materi yang telah membentuk tubuh manusia. Seperti misalnya, meridian dan pembuluh sekunder merupakan sebagian di antaranya, namun mungkin juga ada otak besar dalam suatu bentuk lainnya, mungkin bukan dinamakan otak besar, mungkin adalah aktivitas pikiran manusia dengan bentuk eksistensi meridian dan pembuluh sekunder, yang juga menyandang fungsi kesadaran manusia.
Percobaan yang Perlu Komunikasi
Jika demikian, tumbuhan mungkin memiliki bagian benda tersebut, seperti penelitian akhir-akhir ini menemukan bahwa tumbuhan juga memiliki sistem meridian manusia, bahkan saat dideteksi, reaksi yang diresponsnya sama dengan meridian manusia, jadi semua benda-benda itu membuat kita menyadari bahwasannya saat kita meneliti masalah-masalah tersebut, kita seyogianya mempunyai sebuah sudut pandang yang baru untuk melihat masalah tersebut, lalu bagaimana mengadakan penelitiannya? Pada penelitian kesadaran yang kita lakukan terhadap tumbuhan, sama seperti ketika Anda hendak mengadakan penelitian psikologi manusia, terlebih dahulu Anda harus meminta bekerja sama dengan orang lain, jika orang tidak bersedia bekerja sama dengan Anda, maka percobaan Anda mustahil dapat dilakukan. Ketika mengadakan percobaan tumbuhan, apakah kita juga telah mempertimbangkan seyogianya meminta untuk bekerja sama? Berusaha semaksimal mungkin mengadakan komunikasi dengan tumbuhan, supaya ia bisa bekerja sama dengan baik untuk percobaan kita, tentu saja ini kedengarannya seperti dongeng anak-anak, bagaimana Anda berkomunikasi dengan tumbuhan?
Sebenarnya dalam sejarah memang benar-benar ada orang yang dapat berkomunikasi dengan tumbuhan, pada abad silam, kurang lebih tahun 1890, di Amerika muncul seorang pedagang bunga aneh, di dalam sebuah daftar bunga dan tumbuh-tumbuhan yang dijualnya, terdapat berbagai macam jenis bunga dan tumbuh-tumbuhan, di antaranya banyak bunga yang secara alami tidak tumbuh melalui penanaman silang atau pencangkokan. Buah yang bersemi pada tumbuhan tersebut sebagian asam dan manis, daun yang tumbuh aneka ragam bentuknya, lalu bagaimanakah pedagang bunga itu menyediakan bunga-bunga dan tumbuhan tersebut? Ia mengatakan: "Saya berkomunikasi dengan tumbuhan, meminta bagaimana bentuk pertumbuhan tumbuhannya." Maka tumbuhannya akan tumbuh sebagaimana yang diharapkan, ini kedengarannya sangat aneh, dan setelah itu orang lain juga tidak mampu mengulang apa yang dilakukannya, hanya dia yang sanggup melakukannya.
Masalah-masalah ini secara ilmu pengetahuan masih belum terpecahkan, saya pikir kita semestinya menaruh sebuah pemikiran yang terbuka, artinya jangan dikarenakan ada beberapa benda yang tidak dapat kita pahami sekarang, lalu menyangkal kenyataan tersebut? Kita sebagai manusia melakukan hubungan persahabatan, ketika kita meminta orang berbuat sesuatu, terkadang Anda pergi ke sana untuk memohon, mungkin semua orang pernah mengalami hal seperti ini. Anda pergi memohon orang itu dan berhasil memintanya untuk bekerja sama, namun jika orang lain yang meminta mungkin tidak akan berhasil memintanya untuk bekerja sama, lalu contoh sebelumnya yang dibicarakan di atas, yaitu: apakah pada perawatan bunga-bunga dan tumbuhan juga terdapat persoalan yang sama, dan tentu saja semua ini merupakan beberapa soal yang saya pertimbangkan akhir-akhir ini, dan di sini saya memanfaatkan kesempatan ini untuk bertukar pandangan dengan Anda semua, semoga bisa memperluas pemikiran manusia. Sebetulnya, banyak hal yang jika direnungkan dari sudut lain, terdapat sejumlah besar hal yang sebenarnya tidak sulit untuk dipahami, semuanya masuk akal, sayangnya penelitian arus utama ilmu pengetahuan kita sekarang masih belum secara sungguh-sungguh memberi perhatian terhadapnya. Namun seiring dengan pengejaran manusia yang tiada henti terhadap pengetahuan, saya pikir suatu saat nanti, semua masalah ini akan mendapatkan jawaban yang memuaskan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar