Pemerintah sebuah negara bagian di Malaysia bermaksud mendirikan sekolah khusus untuk remaja putri yang sedang mengandung. Tujuan pendirian sekolah langka itu adalah untuk mengurangi jumlah bayi yang dibuang yang mulai menjadi masalah serius di negeri jiran.
Menurut surat kabarNew Straits Times, Senin, 26 Juni 2010, kepala menteri negera bagian Malaka, Mohamad Ali Rustam, mengatakan bahwa sekolah khusus tersebut juga bertujuan untuk mendorong agar remaja putri yang tengah hamil mau segera menikah karena sekolah hanya menerima remaja putri yang sudah menikah.
Selain itu, dengan bersekolah di sekolah khusus itu, remaja putri yang tengah hamil bisa melanjutkan pendidikan sekaligus melindungi calon buah hati mereka.
Tidak hanya untuk remaja Malaka, remaja dengan persoalan serupa di negara bagian lain di Malaysia juga bisa masuk ke sekolah ini. Hanya saja, sekolah hanya menerima siswa yang telah sah menikah.
"Bagi remaja putri yang tidak menikah, mereka juga bisa menjadi siswi sekolah tetapi dengan satu syarat, mereka harus menikahi ayah dari bayi yang sedang dikandung," kata Ali.
Pemerintah Malaysia bergulat dengan masalah peningkatan jumlah bayi yang ditinggalkan ibu yang melahirkan mereka. Bayi-bayi malang itu sering dibuang atau dibiarkan sekarat di jalanan atau tempat sampah.
Ali menjelaskan, aborsi dilarang dalam Islam, sehingga mereka mengambil jalan pintas untuk menyelesaikan masalah dengan membuang darah daging mereka. "Kami tidak ingin kasus ini terus berlanjut, ini harus dihentikan," kata Ali.
Menurut surat kabarNew Straits Times, Senin, 26 Juni 2010, kepala menteri negera bagian Malaka, Mohamad Ali Rustam, mengatakan bahwa sekolah khusus tersebut juga bertujuan untuk mendorong agar remaja putri yang tengah hamil mau segera menikah karena sekolah hanya menerima remaja putri yang sudah menikah.
Selain itu, dengan bersekolah di sekolah khusus itu, remaja putri yang tengah hamil bisa melanjutkan pendidikan sekaligus melindungi calon buah hati mereka.
Tidak hanya untuk remaja Malaka, remaja dengan persoalan serupa di negara bagian lain di Malaysia juga bisa masuk ke sekolah ini. Hanya saja, sekolah hanya menerima siswa yang telah sah menikah.
"Bagi remaja putri yang tidak menikah, mereka juga bisa menjadi siswi sekolah tetapi dengan satu syarat, mereka harus menikahi ayah dari bayi yang sedang dikandung," kata Ali.
Pemerintah Malaysia bergulat dengan masalah peningkatan jumlah bayi yang ditinggalkan ibu yang melahirkan mereka. Bayi-bayi malang itu sering dibuang atau dibiarkan sekarat di jalanan atau tempat sampah.
"Masalah ini menjadi semacam penyakit. Kami tidak bisa memalingkan muka dari persoalan ini," kata Ali. "Kasus bayi dibuang sering terjadi di masyarakat muslim karena para remaja ini tidak bisa menyembunyikan kehamilan mereka. Beberapa dari mereka juga tidak diakui lagi oleh keluarga," terangnya. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar