Sebuah roket yang membawa satelit pemantau iklim terbaru NASA gagal mencapai orbit. Roket dan satelit yang dibawanya jatuh kembali ke Bumi, kemungkinan di sekitar Samudera Pasifik. Penyebabnya, kerucut di hidung roket yang melindungi satelit --disebut dengan fairing-- gagal memisahkan diri pada waktunya.
Roket tersebut, Taurus XL booster dengan empat tingkat, diluncurkan dari landasan peluncuran Vandenberg Air Force Base di California, AS, Jumat, 4 Maret 2011, pukul 02.09 dini hari waktu setempat, atau sekitar pukul 17.09 WIB.
Ia membawa satelit Glory milik NASA seharga US$424 juta yang berfungsi untuk mempelajari iklim planet Bumi.
“Kami sangat terpukul. Namun, akan kembali berusaha meluncurkan satelit itu ke orbit,” kata Ron Grabe, Manager Orbital Sciences Launch Systems Group NASA, seperti dikutip dari Space, Sabtu, 5 Maret 2011.
Taurus XL merupakan roket yang memiliki empat lapis pendorong berbahan bakar padat dengan tinggi 27 meter dan mampu membawa objek seberat 1.590 kilogram ke orbit bawah Bumi. Roket ini merupakan versi darat dari Pegasus Booster, roket yang diluncurkan dari pesawat.
Kegagalan ini pernah terjadi sebelumnya pada roket Taurus pada 2009 dan menyebabkan gagalnya misi pengiriman satelit pemantau iklim milik NASA. Roket itu dibuat oleh Orbital Sciences Corp, perusahaan berbasis di Virginia, Amerika Serikat.
“Masih terlalu dini untuk menyebutkan bahwa kegagalan ini sama dengan yang terjadi pada peluncuran pada 2009,” ujar Grabe. “Saat ini, kami sedang melacak apa yang menyebabkan kegagalan sistem pemisahan fairing di roket,” ucapnya.
Akibat tidak terpisahnya fairing, roket Taurus XL tak sanggup membawa beban yang terlalu berat hingga ke orbit yang dituju yakni 705 kilometer di atas permukaan laut. Karena ia tidak sanggup menempuh kecepatan yang dibutuhkan untuk mencapai orbit, ia jatuh kembali ke Bumi. (art)
Roket tersebut, Taurus XL booster dengan empat tingkat, diluncurkan dari landasan peluncuran Vandenberg Air Force Base di California, AS, Jumat, 4 Maret 2011, pukul 02.09 dini hari waktu setempat, atau sekitar pukul 17.09 WIB.
Ia membawa satelit Glory milik NASA seharga US$424 juta yang berfungsi untuk mempelajari iklim planet Bumi.
“Kami sangat terpukul. Namun, akan kembali berusaha meluncurkan satelit itu ke orbit,” kata Ron Grabe, Manager Orbital Sciences Launch Systems Group NASA, seperti dikutip dari Space, Sabtu, 5 Maret 2011.
Taurus XL merupakan roket yang memiliki empat lapis pendorong berbahan bakar padat dengan tinggi 27 meter dan mampu membawa objek seberat 1.590 kilogram ke orbit bawah Bumi. Roket ini merupakan versi darat dari Pegasus Booster, roket yang diluncurkan dari pesawat.
Kegagalan ini pernah terjadi sebelumnya pada roket Taurus pada 2009 dan menyebabkan gagalnya misi pengiriman satelit pemantau iklim milik NASA. Roket itu dibuat oleh Orbital Sciences Corp, perusahaan berbasis di Virginia, Amerika Serikat.
“Masih terlalu dini untuk menyebutkan bahwa kegagalan ini sama dengan yang terjadi pada peluncuran pada 2009,” ujar Grabe. “Saat ini, kami sedang melacak apa yang menyebabkan kegagalan sistem pemisahan fairing di roket,” ucapnya.
Akibat tidak terpisahnya fairing, roket Taurus XL tak sanggup membawa beban yang terlalu berat hingga ke orbit yang dituju yakni 705 kilometer di atas permukaan laut. Karena ia tidak sanggup menempuh kecepatan yang dibutuhkan untuk mencapai orbit, ia jatuh kembali ke Bumi. (art)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar